News Update :
Home » » Kekurangan Volume Cairan Berhubungan Dengan Output Yang Berlebih

Kekurangan Volume Cairan Berhubungan Dengan Output Yang Berlebih

Rabu, 08 Juni 2011 | 0 komentar

Kekurangan cairan adalah keadaan dimana seseorang individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vaskuler, interstisial atau intravaskuler (Carpenito, 2000:139). Batasan karakteristik mayor harus terdapat, satu atau lebih dari batasan sebagai berikut: adanya ketidakcukupan masukan cairan oral, keseimbangan negatif antara masukan dan haluaran, penurunan berat badan, kulit/membran mukosa kering.
Batasan minor kemungkinan terdapat : peningkatan natrium serum, penurunan haluaran urine atau haluaran urine berlebihan, urine memekat atau sering berkemih, penurunan turgor kulit, haus, mual atau anoreksia (Carpenito : 2000: 139)
Sebagai penbenaran seharusnya dalam diagnosa ini penulis menuliskan nominal yang menunjukkan output yang berlebih, yaitu dengan menuliskan masukan dan keluaran. Pada saat pengkajian didapatkan masukan yang terdiri dari minum: 1000ml (selama 24 jam yang terkaji pada tanggal 9 Februari 2009), infus: 350ml (yang dikaji dari jam 07.00, 9 Februari 2009), makan: 50ml (dari perkiraan 5 sendok bubur DM yang dimakan klien), dan keluaran didapat dari klien yang mengatakan BAK dengan frekuensi selama ± 11 kali selama 24 jam dengan perkiraan ± 2000ml urin jika dihitung dengan gelas gelas belimbing (1 gelas belimbing: ± 200ml), dan 50ml dari perkiraan satu kali BAB selama 24 jam yang terkaji tanggal 9 Februari 2009. Sedangkan menurut teori Penambahan dan Kehilangan Cairan, Horne dan Swearingen, 2000: 22-25, untuk penambahan cairan didapat dari: Metabolisme Oksidatif yang kira-kira 300ml air dihasilkan setiap hari oleh oksidasi karbohidrat, protein, dan lemak. Dalam substansi ini terjadi peningkatan hidrogen yang bisa menghasilkan air. Pada klien bisa diberi nilai 300ml dari bahan yang dimakan selama 3 kali sehari. Cairan oral kira-kira 1100-1400ml cairan dikonsumsi melalui oral per hari. Masukan cairan sangat bervariasi karena rasa haus yang tidak diatur secara akurat, pada klien didapat 1000ml. Terapi cairan juga ditambahkan melalui rute parenteral. Pada pasien terpasang infuse RL 20 tetes per menit, maka dalam sehari klien mendapat tambahan ± 1440 dari infuse makro yang pada tiap 1ml: 20tetes, berarti 1menit: 20tetes dan dalam 1 hari: 24x60 menit: 1440menit, jadi 1440x1cc: 1440cc/menit. Untuk kehilangan cairan dapat dilihat dari: pertama ginjal, karena ginjal adalah regulator keseimbangan cairan dan elektrolit kira-kira 180 L plasma difilter setiap hari oleh ginjal. Dari volume ini kira-kira 1500ml urin diekskresikan setap hari. Pada klien didapat ± 2000ml. Kulit rata-rata 500-600ml dari kehilangan cairan kasat mata dan tak kasat mata terjadi melalui kulit setiap hari pada suhu normal. Pada klien didapat suhu rentan normal 36, maka diperkirakan kehilangan cairan kasat mata ± 500ml. Dari paru-paru juga mengeluarkan kira-kira 400ml cairan tak kasat mata setap hari. Jumlah ini meningkat sesuai dengan peningkatan kedalaman kedalaman pernapasan. Pada klien respirasi: 24 kali per menit (dalam batas normal) maka diperkirakan 400ml cairan yang dikeluarkan. Cairan yang keluar dari gastro intestinal dalam kondisi normal bertanggung jawab pada 100-200 ml kehilangan cairan. Klien mengatakan BAB 1 kali sehari, maka diperkirakan ± 100ml.
Diagnosa ini penulis prioritaskan sebagai diagnosa pertama karena berdasarkan teori Maslow, cairan masuk dalam kebutuhan fisiologis yang menduduki piramida pertama pada urutan yang kedua setelah oksigenasi. (Potter, Perry: 2005 : 614)
Masalah ini kekurangan volume cairan ditegakkan atau muncul karena pada penderita Diabetes Mellitus terjadi kerusakan sel β pankreas oleh faktor lingkungan maupun genetik dan faktor pencetus (kelebihan makan , obesitas, konsumsi gula yang meningkat, umur). Rusaknya pankreas menyebabkan produksi insulin sedikit bahkan tidak keluar. Kadar glukosa darah akan meningkat dengan sedikit atau tidak adanya insulin dan glukosa tidak dapat masuk kedalam sel. Peningkatan glukosa darah yang melampaui batas serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi diuresis osmotik. Hal ini menyebabkan dehidrasi intrasel, dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan rasa haus(polidipsi).(Corwin, E. J. 2000 : 546 dan 549)
Prinsip implementasi yang dilakukan yaitu rehidrasi/ memberikan cairan paling sedikit 2500ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung, jika pemasukan cairan melalui oral dapat diberikan. Tujuannya untuk mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi. (Doenges, 2000 : 730)
Untuk evaluasi yang didapat pada data subjektif klien mengatakan lemas dan haus, dan data objektif didapat: klien terlihat lemas, pucat, mukosa bibir kering. Jadi masalah belum teatasi dilihat dari tujuan yang mengatakan hidrasi yang adekuat dengan kriteria hasil yang diharapkan (turgor kulit baik, CRT < 2 detik, mukosa bibir lembab dan klien tidak terlihat lemas). Untuk perencanaan selanjutnya adalah melanjutnya intervensi (kaji intake dan output cairan, pantau TTV, ukur berat badan, anjurkan klien minum ± 2000ml per hari, kolaborasi pemberian cairan parental). Modifikasi intervensi yang dapat dilakukan yaitu lakukan kolaborasi pemberian kalium atau elektrolit yang lain melalui IV dan atau melalui oral sesuai indikas (Doenges, 2000:731).
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda