News Update :
Home » » Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Selasa, 21 Juni 2011 | 0 komentar



A. Latar Belakang Masalah
Demam Berdarah Dengue (DBD) hampir setiap tahun menjadi momok yang menakutan di Negara Indonesia. Saat musim hujan atau pancaroba datang hamper dapat di pastikan terjadi peningatan jmlah penderita DBD. Angka kematian akibat DBD tercatat masih tinggi, walupun dari tahun ke tahun jumlahnya semakin menurun (secara prosntase) tetapi jumlah penderitanya semakin meningkat.
Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan yang factor pencetusnya adalah gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Demam berdarah dengue arau dengan kata lain Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengan sejenis virus yang tergolong arborirus dan masuk ke dalam tbuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). DHF terutama menyerang anak, remaja dan dewasa dan sering kali menyebabkan kematian bagi penderita (Ngastiyah, 1997).
Sampai sekarang penyakit demam berdarah belum di temukan obat maupun vaksinnya. Sehingga satu-datuya cara untuk mencegah terjadinya penyakit ini dengan memutuskan rantai penularan yaitu mengendalikan vector nyamuk Aedes Aegypti. Pencegahan tersebut seperti melakukan kegiatan pemberantasan nyamuk (PSN), fogging, abatisasi dan pelaksanaan 3M (menguras, menutup dan mengubur) serta penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya demam berdarah dengue.
Di RST Soejono Magelang yaitu di bangsal boegenfil pada Januari 2010 sampai Januari 2011 sebanyak terdapat Brokhopnemonia (Brpn) sebnyak 22 kasus dengan prosentase 4,1 %, gastroentotis (GE) sebanyak 200 kasus dengan prosentase 37,7%, dengue hemoragic fever sebanyak 100 kasus dengan prosentase 18,8%, demam thypoid sebanyak 171 kasus dengan prosentase 32,2%, dan lain-lain sebanyak 38 kasus dengan prosentase 7,2%.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan asuhan keperawatan kepada klien Sdr. A dengan dengue haemoragic fever di bangsal bougenfil RST Dr. Soejono Magelang.

C. Tujuan pelaksanaan
Untuk lebih jelas apa yang ingin dicapai atau di ungkapkan dalam karya tulis ini, penulis mengemukan pokok tujuan penulisan sebagai berikut :

1. Tujuan umum
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memberikan gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada Sdr. A dengan dengue haemoragic fever di bangsal bougenfil RST Dr. Soejono Magelang.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan dengue haemoragic fever
b. Membuat diagnose keperawatan pada klien dengan dengue haemoragic fever melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan dengue haemoragic fever.
c. Mengevalusai hasil tindakan keperawatan pada klien dengan dengue haemoragic fever.
d. Pendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan dengue haemoragic fever.
e. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis dapatkan.

D. Manfaat
1. Memberikan wawasan dan informasi pada mahasiswa tentang penyakit dengue haemoragic fever. (DHF).
2. Bagi institusi pendidikan dapat di jadikan bahan referensi
3. Bagi profesi keperawatan sebagai masukan atau saran dalam memberikan pelayanan pada pasien dengan dengue haemoragic fever (DHF)
4. Bagi penulis sebgai tambahan pengetahuan tentang penyakit dengue haemoragic fever (DHF)

E. Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah penulis menggunakan metode penulisan sebagai berikut :
1. Deskriptif
2. Pengumpulan data
Penulis melakukan asuhan keperawatan secara langsung terhadap kasus dengue haemoragic fever dengan melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :
a. Studi kepustakaan
Yaitu penulis membaca referensi yang memp[unyai hubungan dengan konsep dan teori yang terkait dengan dengue haemoragic fever.
b. Teknik observasi dan partisipasi
Penulis secara langsung melakukan pengumpulan dengan pengamatan secara langsung terhadap perilaku klien sehari-hari dan ikut terlibat dalam perawatan.
c. Teknik wawancara
Penulis melakukan tanya jawab secara langsung pada klien, keluarga dan pihak lain yang dapat memberikan data dan informasi yang akurat.
d. Dokumentasi
Penulis mengumpulkan data dari status klien, catatan perawatan, serta melakukan diskusi dengan tim kesehatan untuk di analisa sebagai data yang mendukung masalah klien.

F. Tinjuan teori
1. Pengertian
DHF (dengue haemoragic fever) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbuirus (arthopaborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes. (aedes albopictus dan aedes aegypti, Ngastiyah, 2005).
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypthy (betina). (Chritantre Effebdy, 1995).
DHF adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypthy.(Nursalam,dkk : 2005).
2. Etiologi
Virus dengan serotype 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypthy , nyamuk aedes albopictus, aedes polynesinses dan beberapa spesies lain merupakan vector yang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody semumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain. (Mansjoer, 2000).
3. Manifestasi klinis
a. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan , diare, konstipasi
c. Pendarahan terutama perdarahan bawah kulit, petechie, echymotis, hematoma
d. Epitaktis, hematemesis, melena, hemafuri
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
f. Sakit kepala
g. Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening
h. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari 2 detik, nadi cepat dan lemah).(Ngastiyah, 2005).
Empat derajat DHF menurut WHO :
a. Derajat I : Demam dengan uji bending positif
b. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau
perdarahan lain
c. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan
lemah
d. Derajat IV : Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan
tekanan darah tidak dapat diukur
4. Patophysiologi
Menurut Mansjoer 2000 setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh pasien akan mengalami keluhan-keluhan dan gejala venemia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, ditenggorokan timbul ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada system lain seperti pembesaran hati, kelenjar getah bening dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan oleh kongesti.
Fenomena patofisiologi utama pada penderita DHF adalah menigkatkannya permeabilitas dinding kapler karena pelepasan zat anifilatoksin, histamine dan serotonin yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler, hemokonsentrasi, hipopronemia, serta effuse pleura dan renjatan syok. Plasma merembes selama perjalanan penyakit.
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersama dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi :
a. Aktivitas system komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas caliper dan terjadi pembesaran plasma dari ruang infravasuler keluar ke ekstravasekuler.
b. Agresi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelaianan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi sel trombosit muda dan sumsum tulang.
c. Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang/mengaktivasi factor pembeku
Ketiga factor tersebut menyebabkan :
a. Peningkatan permeabilitas kapiler
b. Kelainan hemostatis yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia dan koagulopati.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah perifer, kadar hemoglobin, leuksif dan hitung jenis, hemafokrif trombosit. Pada asupan darah perifer juga dapat di nilai imifosit plasma biru, peningkatan 15% menunjang diagnosis DBD.
b. Uji serologis, uji hemaglutinasi luhiloisi dilakukan saat fase akut dan fase konvalensis.
1. Infeksi primer, serum akut (1 : 200, serum konvalenses naik 4 kali atau lebih namun tidak melebihi 1 : 1200).
2. Infeksi sekunder
a. Serum akut ( 1 : 200, serum konvalenses 1 : 2560)
b. Serum akut 1 : 200, serum konvalens naik 4 kali atau lebih.
3. Persangkaan infeksi sekunder yang baru terjadi (prosumtive scundary infection) serum akut 1 : 1280, serum konvalens dapat lebih besar atau lama.
c. Pemeriksaan radiologis
1. Pemeriksaan dada, dilakukan atas indikasi :
a. Di dalam keadaan klinik ragu-ragu, namun perlu di ingat bahwa terdapat kelainan radiologis pada perembesar plasma 20-40 %.
b. Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan.
6. Penatalaksaan
Bagian terpenting dari pengobatan adalah terapi suportif, mengatasi pendarahan serta mencegah atau mengatasi syok atau presyok :
a. Tirah baring
b. Tingkatkan asupan cairan dengan nutrisi, anjurkan pasien banyak minum 1,5 – 2 liter/hari. Bila perlu penambahan cairan melalui terapi IV.
c. Demam diturunkan dengan kompres hangat dengan pemberian obat antipiretik.
d. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder
e. Tranfuse trombosit hanya diberikan pada DBD dengan perdarahan hebat (perdarahan dengan jumlah dari 4 – 5 cc/kgbb/jam) dengan jumlah trombosit kurang dari 100.000/m3. Penderita DBD dengan trombosit yang turun tanpa perdarahan tidak perlu diberikan transfuse trombosit.
Penatalaksanaan Non Medis
a. Konsumsi jus jambu biji/klutuk. Pasien diberi jus jambu biji memiliki kandungan vitamin C dan vitamin A yang tinggi. Vitamin C berfungsi dalam meningkatkan kecerdasan sel , sedangkan vitamin A berfungsi menjaga regenerasi sel agar selalu tepat waktu. Menurut beberapa literature, kadar vitamin (jambu 3-6 kali lipat lebih tinggi dari papaya. Karena itu jus jambu biji adalah sumber pembangun daya tahan tubuh untuk melawan virus dengue bukan untuk menyembuhkan penyakit demam berdarah)
b. Ekstrace daun jambu biji diketahui bias menghambat pertumbuhan virus dengue, penyebab DBD. Bahan itu juga disebutkan mampu meningkatkan jumlah trombosit hingga 100.000 milimeter per kubik tanpa efek samping. Terindikasi bahwa daun jambu biji tidak memiliki kandungan zat beracun. Sebaliknya daun jambu biji ternyata memiliki komponen berkhasiat yakni, kelompok senyawa tannin dan flafonoid. Kandungan dapat menghambat pertumbuhan virus dengue.
c. Air kelapa muda, Bahan pangan dunia PBB (FAO – Food dan Agriculture Organization) mengakui dan mematenkan air kelapa muda sebagai air kaya zat ekstrolit alami dan gizi lebih dari sekedar minuman olahraga penghilang dahaga produksi pabrik. Air ini mengandung mineral kalium, sodium kloride dan magnesium yang dibutuhkan tubuh untuk membantu meganfasi ancaman syok pada kondisi kekurangan cairan. Air ini juga mengandung gula, vitamin D dan C dan juga protein sehingga disebabkan memiliki keseimbangan yang mirip dengan cairan tubuh manusia.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda