News Update :
Home » » Pamor, Penyempurna Pria Jawa

Pamor, Penyempurna Pria Jawa

Selasa, 18 September 2012 | 0 komentar

Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, ada 5 hal yang harus dimiliki seorang pria agar lengkap disebut "lelaki" yakni wisma (rumah), turangga (kuda), kukila (burung), wanita (perempuan), dan curiga (senjata). 


Walau disebut terakhir, keris menjadi elemen yang amat penting. Inilah kesempurnaan sebagai simbol wibawa. Bagaimanapun, tak sembarang keris yang bisa mengangkat martabat pria Jawa. Bukan keris yang biasa dibuat massal dan dijual di pasar tradisional, melainkan yang memiliki unsur seni tingkat tinggi. Makanya, di jaman kerajaan dulu peran pembuat keris, atau empu, memegang kedudukan terhormat.

 

Sebabnya, selain proses pembuatan sebilah keras memakan waktu lama, hingga 40 hari atau lebih, juga memakai unsur logam pilihan. Logam inilah yang disebut pamor, atau baja pamor. Istilah internasionalnya Damascus Steel.
 
Hikayat sang baja
Damascus Steel sudah digunakan berabad-abad lamanya.  Tidak diketahui sejak kapan baja istimewa ini mulai dipakai. Yang jelas, jaman kerajaan di Eropa Timur - mulai dari Serbia hingga Bulgaria memakai pedang ini. Kemungkinan nama Damascus Steel dipakai karena pembuat pedang dengan bahan baja di jaman kesultanan Bizantium bernama Damasqhi.

Sementara arkeolog lain berpendapat, pemakaian baja istimewa ini berawal dari India yang kemudian menyebar ke Persia sekitar abad ke-3 Masehi.

Bagaimana kisahnya bisa sampai ke Indonesia? Tak ada sejarawan yang bisa menjawab pasti. Penyebutan "keris" sendiri sempat tertulis pada prasasti di Candi Jawa Tengah dari abad ke-9. Walau banyak kalangan meyakini keris - yang pastinya mengandung unsur Damascus Steel - sudah ada sebelum prasasti itu ditulis.

 
Material baja pamor
Baja pamor memiliki nilai estetika dan nilai ekonomi yang tinggi. Keindahan material ini terletak pada keindahan tekstur permukaan nya berupa garis-garis pamor (damascene) dan lapisan (layer).

Baja pamor terbuat dari material dasar yang terdiri dari dua buah material logam yang memiliki karakteristik yang berbeda. Material tersebut bisa berupa baja standard AISI O1 dengan AISI 4140, Baja Stainlessteel AISI 304 dengan AISI 316, dan Baja berbagai standard AISI dengan Nickel.

Konsep dasar dari proses penyatuan kedua material yang memiliki karakteristik yang berbeda tersebut adalah proses penyambungan Solid State Diffusion Bonded (SSDB). Konsepnya hampir sama dengan proses pengelasan logam. Kita tak akan bicara soal teknik yang sangat rumit, yang pasti titik leburnya sekitar 900 - 1200 derajat Celcius agar bisa membentuk baja pamor.

Mudahnya, baja pamor biasanya berserat. Lihat foto di bawah ini.


kaskus.co.id


Baja pamor di Jawa
Baja pamor nyatanya tidak hanya digunakan untuk keris. Kujang, senjata tradisional Jawa Barat juga mengaplikasikan baja pamor di dalamnya. Itulah yang disebut Kujang Pamor.

 



Keris, atau senjata tajam lainnya yang menggunakan baja pamor punya kekuatan yang sangat tinggi. Banyak cerita soal ketajamannya, senjata macam ini bisa memutuskan sehelai rambut dengan sekali tebas. Bayangkan, helai rambut tersebut masih 'terbang' di udara sebelum jatuh ke tanah.

Karena kekuatan dan bisa memberi wibawa bagi pria Jawa, dari sinilah timbul kepercayaan yang pada akhirnya menempatkan keris di posisi istimewa. Malah, terlalu istimewa.

Keris pusaka dirawat sedemikian rupa, dimandikan, dan orang-orang berilmu jaman dulu memasukkan kekuatan magis ke dalamnya. Turun-temurun, orang banyak yang mempercayai keberadaan keris pusaka, sehingga bila dikaji dari sisi agama, ada mahluk halus (jin) yang melingkupi keris tersebut.

Padahal, memandikan keris sebenarnya hanya ritual biasa yang berguna merawat keris itu sendiri agar tetap awet. Sayang, tercampurnya kepercayaan magis dengan material baja pamor meletakkan keris pamor ke dalam posisi yang, katakanlah, ada pada posisi abu-abu (grey area) antara kajian ilmiah dan dunia paranormal.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda