News Update :
Home » » Depresi Pasca Keguguran Dapat Berlanjut Hingga Tiga Tahun

Depresi Pasca Keguguran Dapat Berlanjut Hingga Tiga Tahun

Rabu, 13 Juli 2011 | 0 komentar



Wanita yang mengalami depresi dan kecemasan setelah keguguran dapat terus mengalami gejalanya bahkan jika mereka kemudian berhasil memiliki anak yang sehat. Kesimpulan tersebut diambil dari studi bersama para ilmuwan Inggris dan Amerika yang hasilnya dilaporkan dalam British Journal of Psychiatry (Maret, 2011).

Studi tersebut telah menanyai lebih dari 13.000 wanita hamil yang terdaftar dalam Studi Longitudinal Avon pada Orangtua dan Anak (Alspac). Mereka ditanyai pengalaman keguguran dan kelahiran mati sebelumnya, dan dinilai untuk gejala depresi dan kecemasan. Penilaian dilakukan dua kali selama kehamilan (pada minggu ke-18 dan 32) dan empat kali setelah melahirkan (pada minggu ke-8, bulan ke-8, 21 dan 33). Sebagian besar perempuan melaporkan tidak pernah keguguran. Sejumlah 2.823 perempuan (21 persen) mengalami satu atau lebih keguguran sebelumnya dan 108 (0,5 persen) pernah mengalami satu kelahiran mati sebelumnya.

Para peneliti menemukan bahwa wanita yang pernah keguguran di masa lalu memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi selama kehamilan, yang terus berlanjut sampai hampir tiga tahun setelah mereka melahirkan bayi yang sehat.

�Studi ini penting bagi keluarga wanita yang telah keguguran, karena sangat sering diasumsikan bahwa para wanita itu cepat pulih kembali. Namun, seperti yang ditunjukkan di sini, banyak yang tidak.� kata Prof. Jean Golding dari Universitas Bristol.

Dr Emma Robertson Blackmore, dari University of Rochester Medical Center, mengatakan: �Penelitian kami jelas menunjukkan bahwa kelahiran bayi yang sehat tidak menyelesaikan masalah kesehatan mental yang dialami banyak wanita setelah keguguran atau kelahiran mati. Temuan ini penting karena ketika menilai apakah seorang wanita berisiko depresi kehamilan atau pasca melahirkan, kehilangan kehamilan sebelumnya biasanya tidak diperhitungkan dengan cara yang sama seperti faktor risiko lain seperti riwayat keluarga, peristiwa hidup yang menekan atau kurangnya dukungan sosial.�

�Depresi ibu dapat berdampak buruk pada anak-anak dan keluarganya. Jika kita menawarkan dukungan yang terarah selama kehamilan kepada wanita yang sebelumnya pernah kehilangan bayi, kita mungkin dapat meningkatkan taraf kesehatan ibu dan keluarganya.�

Hal ini juga menggarisbawahi kebutuhan bagi para bidan dan dokter untuk meluangkan waktu bersama pasiennya guna mendiskusikan kehamilan, kekhawatiran dan kecemasan mereka. Mereka perlu melihat apakah ada tanda-tanda depresi, sehingga bisa menawarkan nasihat dan perawatan yang tepat.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda